Oleh : Pdt. Elsye Runkat
I. DEFINISI ALKITAB TENTANG DOSA
A. Definisi
Dosa dalam Alkitab
1. Pemikiran
Kebodohan
Memikirkan kebodohan mendatangkan dosa
(Amsal 24:9). Ketika Hawa terperdaya oleh godaan iblis untuk menjadi “seperti
Allah”, itulah pikiran dan tindakan kebodohan. Allah adalah lebih besar dari
iblis, seharusnya perkataan Allah yang harus mereka turuti.
2. Pelanggaran
Hukum
Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1
Yohanes 3:4). Adam telah melanggar hukum Allah dengan cara makan buah
pengetahuan akan yang baik dan jahat, yang Tuhan larang untuk dimakan.
3. Kejahatan
adalah dosa
Semua kejahatan adalah dosa (1 Yohanes
5:17). Kejahatan adalah keadaan yang tidak takut akan Allah dan tidak jujur (bandingkan
dengan Amsal 8:13 dan Amsal 16;17).
4. Tidak
melakukan yang baik adalah dosa. Yakobus 4:17, “Jika seorang tahu bagaimana ia
harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa.”
5. Kesalehan
dapat menjadi dosa. Siapapun yang tidak berhubungan secara benar dengan Allah
tidak dapat melakukan sesuatu yang baik dan diterima oleh Allah. Seorang
berdosa tak dapat melakukan lain dari dosa. Kebenaran diri sendiri merupakan
dosa. Sekalipun Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangan mereka, hal itu
tetap merupakan dosa, karena perbuatannya tidak memadai dengan apa yang benar
bagi Allah. Yesaya 64:6 mengatakan, “...dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor, dan kami sekalian layu seperti daun.” Rasul Paulus menyebutnya “sampah”
dalam Filipi 3:4-9. Inilah kesalehan orang Farisi dan ahli Taurat (Matius
23:13-33).
6. Ketidakpercayaan
adalah dosa. Roma 14:23, “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah
dosa.” Adam dan Hawa mengetahui kehendak Allah yang baik dan sempurna, tetapi
mereka tidak mempercayai perkataan Allah dengan cara mengikuti godaan iblis dan
melanggar apa yang tidak boleh dilakukan.
B. Arti
Dosa dalam istilahnya
- Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dosa berarti “Perbuatan yang melanggar hukum
Tuhan atau agama”, atau “perbuatan salah”.
- Istilah
“dosa” dalam Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani:
§ Ḥāṭā’ - חָטָא
= to sin, do wrong, miss the way, artinya: berdosa, bersalah, berbuat
jahat, tidak mengenai sasaran (Imamat 4:2,3,25-35; Mazmur 1:5; 51:2-5; Yesaya
53:10,12; Hakim-hakim 20:16; Amsal 8:6;19:2).
§ Rā‘a‘ - רָעַע = be evil, harm, be wicked (1 Raja 14:9;
Amsal 4:16; Yesaya 1:16; 11:9), artinya: jahat, merugikan dan menghancurkan,
menjadi jahat. Rā‘a‘ menunjukkan
aktivitas apapun yang menolak kehendak Tuhan dan menunjukkan sikap yang menolak
otoritas Tuhan. Mereka ditandai dengan kurangnya pemahaman sikap (Yeremia 4:22)
dan sengaja merencanakan untuk menyakiti orang lain (Amsal 24:8), bahkan
terbiasa dan kompulsif (Yeremia 13:23; Kejadian 19:9; Amsal 4:16; 17:4).
§ Pāša‘ – פָּשַׁע = to rebel, revolt, transgress,
artinya: memberontak, melanggar, pemberontakan. Pada dasarnya menunjukkan suatu
pelanggaran yang agresif terhadap perjanjian sipil atau keagamaan di antara
kedua pihak. Dalam arti agama, hal itu menandakan dosa memberontak seperti
Israel yang hidup tidak sesuai komitmen dengan cara melanggar perjanjian Allah
(Yesaya 1:28; 48:8; Yehezkiel 2:3; Hosea 8:1).
§ ‘Āwōn - עָוֹןׂ
dari ‘āwāh - עָוָה
= to do wrong, sin, perverseness; guilt; crime, fault, iniquity;
punishment, artinya: untuk berbuat salah, dosa, kebusukan; rasa bersalah; kriminalitas, kejahatan, kesalahan; hukuman. Menunjukkan
adanya kelakuan buruk dan konsekuensinya, lebih fokus pada kesalahannya. Hal
ini membuktikan banyak jumlah atau seringnya pelanggaran di masa lalu terhadap
Allah maupun sesama manusia (Bilangan 14:34; 1 Samuel 25:24; 2 Samuel 22:24; 1
Raja 17:18; Ezra 9:6; Yesaya 1:4; Yeremia 11:10).
§ Šāgag - שָׁגַג = to go astray, wander (Mazmur 119:67); to sin unintentionally
(Imamat 5:18; Bilangan 15:28), artinya: tersesat, mengembara, berbuat dosa yang
tidak disengaja.
§ Rāša‘ - רָשַׁע = to be godless, be wicked, be lawless;
be guilty (Ayub 9:29; 10:7,15); to convict, declare guilty, condemn (Keluaran
22:9; Ulangan 25:1; Yesaya 50:9), artinya: menjadi kafir (tidak bertuhan),
menjadi jahat, menjadi najis, untuk menghukum, menyatakan bersalah, mengutuk.
§ Ᾱšām - אָשָׁם = to be guilty, sin,fault, trespass, offense; trespass or guilt
offering (Imamat 6:17; Yehezkiel 40:39), artinya: menjadi bersalah, dosa,
kesalahan, pelanggaran, korban penebus salah.
§ Tā‘āh -תָּאָה = to wander (Kejadian
21:14), to go astray (mentally, morally, or spiritually, Mazmur 58:3; 95:10),
artinya: mengembara hingga tersesat secara mental, moral, spiritual.
- Istilah
“dosa” dalam Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani:
§ Kakos – κακός, artinya:
jahat, kejahatan (Matius 21:41; 24:48; Markus 7:21).
§ Poneros – πονηρός, artinya: jahat, tidak baik (Matius
6:23; 7:17,18), jahat (Efesus 5:16; 6:13; Wahyu 16:2), jahat, malas (Matius
25:26; Lukas 19:22).
§ Asebes – άσεβής, artinya: tidak hormat kepada Allah,
durhaka, penuh dosa (Roma 4:5; 5:6).
§
Enokhos
– ένοχος, artinya: dalam perhambaan (Ibrani
2:15), jijik , harus dihukum (Matius 5:21,22; 26:66; Markus 3:29; 14:64),
berdosa terhadap (1 Korintus 11:27; Yakobus 2:10).
§ Hamartia - ὰμαρτία, artinya: kesalahan,
dosa (Matius 1:21), hukum atau penyebab dosa (Roma 7:17,20), kesalahan karena
dosa diperhitungkan (Yohanes 9:41; Ibrani 9:26), mempersembahkan korban karena
dosa, korban penebusan dosa (2 Korintus 5:21).
§ Adikia - ἀδικία,
artinya: ketidakadilan, kefasikan,
kejahatan, penipuan, keliru (1 Petrus 2:19).
§ Hamartema - ὰμαρτημα,
artinya: tidak kena sasaran, berdosa (1
Korintus 15:34; Titus 3:11), berbuat dosa (Yohanes 5:14), bersalah melakuka
kesalahan (Matius 18:15), dosa (Markus 3:28; 4:12; Roma 3:25; 1 Korintus 6:18).
§ Parakoe – παρακοή,
artinya: salah mendengar, ketidaktaatan, kedurhakaan (2 Korintus 10:6; Ibrani
2:2).
§ Anomia - άνομίᾳ, artinya: prilaku tanpa
hukum (1 Yohanes 3:4), kejahatan, dosa (Matius 7:23).
§ Paranomia – παρανομία, artinya: pelanggaran hukum, kejahatan (2
Petrus 2:16).
§ Parabasis - παράβασις, artinya: berlangkah di
pinggir, penyimpangan, pelanggaran, dosa (Roma 2:23; 4:15).
§ Paraptoma - παράπτωμα, artinya: tersandung;
kesalahan, pelanggaran (Matius 6:14,15; Markus 11:25,26; Roma 4:25), kejatuhan,
salah gunakan iman (Roma 11:11,12).
§ Agnoema - ἀγννόημα, artinya: kesalehan, pelanggaran yang
diperbuat dengan tidak sadar.
§ Hettema - ἤttημα,
artinya:
kekurangan (tidak sesuai pola), kegagalan (Roma 11:12; 1 Korintus 6:7).
II.
ASAL-USUL DOSA
A. Tuhan
Allah bukan sebab adanya dosa
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa tidak
mungkin Tuhan Allah menjadi sebab asal dosa. Allah tidak mungkin berbuat
kefasikan dan kecurangan (Ayub 34:10 bandingkan dengan Mazmur 92:16; 118:1,29;
136:1). Dia tidak pernah menerima suap (2 Tawarikh 19:7; Keluaran 23:6-8).
Sebaliknya, Tuhan sangat murka terhadap dosa (Keluaran 23:22; Yesaya
63:10;Ratapan 2:4-7). Dosa justru memisahkan Tuhan Allah dari manusia (Yesaya
59:2, 3-8,16,19).
Sementara kata “jahat” dalam Yesaya 45:7 dan
Amos 3:6 menunjuk kepada tindakan penghakiman Allah yang dikenakan pada orang
berdosa yang melanggar hukumNya. Jadi menganggap Allah adalah penyebab dosa
adalah menyerang atribut moralNya. Allah tidak dapat melakukan suatu apapun
yang tidak konsisten dengan watakNya sendiri yang adalah kudus dan benar.
B. Masuknya
Dosa ke Alam Semesta
Rasul Yakobus menjelaskan tentang lahirnya
dosa telah memberi pengertian yang vital akan asal-usul semua kejahatan.
Prinsip yang ditunjukkan dapat diterapkan kepada malaekat dan manusia. Yakobus
1:13 menerangkan, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan
ini datang dari Allah”. Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia
sendiri tidak mencobai siapapun”.
Kitab suci menunjukkan dengan jelas makhluk
moral yang pertama diciptakan adalah rombongan malaikat dan Lucifer dan
malaikat-malaikat yang mengikutinya adalah pendosa pertama dan asli.
Jadi dosa mulai terjadi di sorga di antara
orde malaekat. Lucifer dicampakkan ke bumi dan menjadi Setan. Tuhan Yesus
memberi kesaksian, “Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Lukas
10:18). Jadi dosa masuk ke dalam dunia karena kejatuhan Lucifer, oleh iblis.
1. Lucifer,
Pendosa yang Asli
Gambaran Alkitab mengenai raja Tirus dan
raja Babilon, menjelaskan tentang Lucifer yang menjadi iblis (Yesaya 14:12-14;
Yehezkiel 28:11-19). Kutipan-kutipan berikut menjelaskan tentang Lucifer
sebelum kejatuhannya:
- Ia
disebut Lucifer, Bintang Pagi, yang bercahaya, pembawa terang.
- Ia
disebut putra pagi karena terangnya.
- Ia
penuh kecantikan dan hikmat. Tidak ada yang tersembunyi darinya.
- Pelayanannya
adalah di bidang musik dan kecakapannya meniup nafiri dan memainkan rebana ada
padanya sejak hari ia diciptakan.
- Ialah
kerub yang diurapi dan pengawal takhta Allah.
- Ia
ada di bukit kudus Allah dan diberikan kedudukan tinggi di sorga sebagai
makhluk ciptaan.
- Ia
berjalan naik turun di antara batu-batu api, api kekudusan Allah.
- Ia
sempurna di salam semua jalannya sejak hari pertama ia diciptakan.
Lucifer diberikan kepemimpinan di dalam
pelayanan penyembahan. Ia diciptakan untuk kemuliaan dan kesenangan Allah.
Kejahatan mulai timbul dari hati Lucifer
sendiri, semua dosa muncul di hati Lucifer, ia adalah pendosa
pertama dan dosa menjadi permanen dalam dirinya. Iblis berbuat dosa dari
mulanya (1 Yohanes 3:8), ia tidak hidup dalam kebenaran dan di dalam dirinya
tidak ada kebenaran, perkataannya adalah dusta, ia adalah pendusta (Yohanes
8:44). Keterangan dalam Ibrani 2:16 menunjukkan bahwa tidak ada keselamatan bagi
malaikat, Tuhan tidak mengasihani malaikat. Jadi sekali malaikat berdosa ia
selamanya dalam dosa dan neraka adalah tempatnya (2 Petrus 2:4). Ia menahan
malaikat-malaikat yang tidak taat, dengan belenggu abadi, dan tempatnya adalah
dunia kekelaman (Yudas 6).
Allah tidak menciptakan makhluk jahat,
tetapi Ia menciptakan makhluk yang berkehendak bebas yang mempunyai kuasa untuk
memilih mengasihi Allah dengan kerelaan dan kehendaknya, bukan dipaksakan.
2. Sifat
dasar dosa Lucifer
Esensi dari dosa adalah pemusatan pada diri
sendiri. Lucifer memiliki sifat dasar dosa, yang membuatnya sangat berpusat
pada dirinya sendiri, yaitu:
a. Kesombongan,
adalah penghargaan diri yang di luar batas, peninggian diri. Amsal 16:18,
keangkuhan mendahului kejatuhan. Amsal 18:12, tinggi hati mendahului
kehancuran. Yesaya 14:12, “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Lucifer
(Bintang timur), putera fajar.”
b. Ketamakan
dan hawa nafsu, adalah keinginan yang melanggar hukum atau berlebih-lebihan.
Lucifer hendak menyamai Yang Mahatinggi (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi
Allah dan penyembahan yang ditujukan hanya untuk Allah.
c. Kehendak
diri, kehendak bebas yang Allah berikan agar dengan kebebasan menyembah dan
mengasihi Allah, dialihkan untuk menentang kehendak Allah di dalam kehendak
diri. Hal ini tindakan yang disengaja. Ada lima kehendak diri oleh Lucifer dalam
Yesaya 14:13-14 yaitu:
- Aku
hendak naik ke langit
- Aku
hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah
- Aku
hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara
- Aku
hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan
- Aku
hendak menyamai Yang Mahatinggi.
3. Malaekat
yang jatuh
Kitab suci mengindikasikan bahwa malaikat
lain berdosa bersama Lucifer. Mereka melanggar hukum yang diberikan, dan turut
menjadi murtad sama sekali. Mereka tidak dapat ditebus. Iblis menarik sepertiga
dari pasukan malaikat dengannya waktu ia berdosa dan jatuh (Wahyu 12:3-4).
C. Masuknya
Dosa ke dalam Manusia
1. Dosa
tidak bersumber pada keterbatasan manusia.
Dosa merupakan suatu fakta. Dosa ada pada
manusia. Asal usul dosa dalam tindakan pribadi manusia sangatlah tidak mungkin
disebabkan oleh Allah. Dosa juga tidak bersumber pada keterbatasan manusia. Keterbatasan
jasmani manusia tidak berarti manusia diciptakan dengan kelemahan dan
keterbatasan moral. Dalam hal moral manusia dapat mentaati Allah secara
sempurna.
2. Dosa
tidak bersumber pada panca indera.
Demikian pula panca indera manusia tidak
merupakan sumber dosa. Dosa tidak terdapat dalam keadaan mula-mula manusia,
tetapi dosa timbul karena pilihan yang tegas dan tidak terpaksa yang ditentukan
oleh manusia itu sendiri.
3. Dosa
bersumber pada kerelaan kehendak manusia dan ketidak percayaan kepada Firman
Tuhan.
Alkitab mengajarkan bahwa karena satu
perbuatan dosa dari satu orang, dosa telah memasuki dunia, dan bersamaan dengan
itu semua akibat dosa terasa di mana-mana (Roma 5:12-19).
Sekalipun iblis datang dan menggunakan ular
untuk menggoda Hawa (Kejadian 3:1-14), namun pelanggaran manusia terhadap
larangan Allah adalah berasal dari keinginan atau kehendak manusia itu sendiri.
Dalam surat Yakobus 1:14-15, menegaskan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh
keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila
keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah
matang, ia melahirkan maut.” Jadi setiap orang bertanggung jawab secara pribadi
atas setiap perbuatannya (Roma 14:12; Matius 12:33-37).
Godaan iblis sangat menawan hati manusia.
Apabila godaan itu mendapat tanggapan dalam pikiran dan hati, ia membuat
manusia ingin memperoleh sesuatu yang dilarang oleh Allah, mengetahui sesuatu
yang tidak dinyatakan oleh Allah, dan menjadi sesuatu yang tidak direncanakan
oleh Allah baginya.
Berhubungan dengan iblis adalah “pergaulan
yang buruk” (1 Korintus 15:33), yang merusakkan kebiasaan yang baik. Menerima
godaan iblis telah dimulai dengan hati yang tidak percaya kepada Firman Tuhan.
Ketidak
percayaan kepada Allah telah membuat Israel “dipatahkan” dari pohon zaitun
sejati (Roma 11:20). Bangsa Israel tidak dapat memasuki tanah perjanjian dan
dimurkai oleh Allah karena telah berbuat dosa, yaitu ketidak percayaan kepada
Allah (Ibrani 3:16-19). Ketidakpercayaan kepada Tuhan Yesus menyebabkan hidup
manusia berada di bawah hukuman (Yohanes 3:18-20).
III.
HUKUM ALLAH BERHADAPAN DENGAN DOSA
Pemerintahan
Allah menetapkan bahwa hukum Allah menuntut kepatuhan secara sukarela dan tanpa
syarat. Hal ini berarti bahwa makhluk ciptaan Tuhan menyerahkan kebebasannya
dalam bertindak dan merelakan kehendaknya kepada kehendak Allah. Semua kehendak
bebas hanya terarah kepada melakukan kehendak Pencipta, sehingga terjadi
keserasian di antara makhluk ciptaan, juga di alam semesta. Karena hanya Allah
Penciptalah yang dapat mengatur segala sesuatu agar dapat menjadi baik dan
berbahagia. Makhluk ciptaan menyerahkan kehendak bebasnya dengan melakukan
kehendak Allah berarti menyetujui untuk dibimbing dan diperintah oleh kehendak
Allah yang adil, kudus dan mengasihi.
Ketika
kehendak bebas ciptaan Allah tidak diserahkan pada kehendak Allah, maka
terjadilah pelanggaran terhadap Hukum Allah.
1. Arti
Hukum Allah
Secara khusus, Hukum Allah merupakan
perwujudan kehendak Allah yang dilaksanakan oleh kuasaNya. Hukum Allah tidak
bersifat sepihak atau sebagian, tapi bagi keseluruhan diri manusia. Hukum Allah
bukan seperangkat hukum yang sewenang-wenang, karena bersumber pada kodrat
Allah sendiri. Hukum Allah berlaku bagi semua makhluk moral.
Karena bersumber pada kodrat Allah sendiri,
maka Hukum Allah adalah abadi (Matius 22:37-40; 1 Yohanes 5:21).
2. Tujuan
Hukum Allah
Hukum Allah memberi pengetahuan kepada
manusia tentang adanya dosa (Roma 3:19,20; 7:7). Hukum Allah juga diberikan
untuk menyatakan kekudusan Allah (Roma 7:12). Tuhan Yesus Kristus adalah tujuan
dari hukum Allah (Galatia 3:24), sehingga hukum Allah menuntun kepada Kristus
karena Kristus adalah kegenapan dari hukum Allah (Roma 10:4).
Hukum Allah melakukan tugas untuk
mempersiapkan manusia menerima Kristus. Hal itu dilakukan dengan cara
menyatakan kekudusan Allah dan keadaan manusia berdosa, serta menunjuk kepada salib
Kristus, melalui persembahan korban, keimaman, dan kemah perhimpunan,
sebagai satu-satunya jalan masuk ke hadapan Allah.
3. Hubungan
orang percaya dengan Hukum Allah
Alkitab mengajarkan bahwa dalam kematian
Kristus, yang menanggung hukuman atas orang berdosa, orang percaya tidak hanya
dibebaskan dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:3), tetapi orang percaya terbebas
juga dari hukum Taurat itu sendiri (Roma 7:4; Efesus 2:14,15; Kolose 2:14).
Kebebasan ini bukan berarti kita bebas melakukan tindakan yang tidak bermoral,
tetapi hidup dalam kasih (Galatia 5:13; 1 Petrus 2:16). Kita tidak lagi
melakukan sepuluh perintah di bawah hukum Taurat yaitu untuk kita menjadi
benar, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh
karena melakukan hukum Taurat” (Roma 3:20), melainkan sepuluh perintah Tuhan
itu kita lakukan sebagai wujud iman dan kasih kita kepada Allah dalam Tuhan
yesus Kristus. Dengan sepuluh perintah itu pula kita dibina untuk lebih
memahami kehendak Allah.
IV.
SIFAT DOSA DAN PENYEBARANNYA
Perjanjian
Lama menyamakan dosa dengan kenajisan. Imamat 5:2 menerangkan bahwa setiap
orang Israel yang menyentuh bangkai binatang menjadi najis. Bilangan 5:2,
kenajisan oleh mayat. Mayat atau bangkai binatang pastilah sangat bau dan
menjijikkan. Kata “najis” dalam kamus berarti: 1) sesuatu yang kotor, sebab
terhalangnya orang beribadah kepada Allah, 2) kotoran (tinja, air seni). Dosa
tidak dapat ditutupi, pasti berbau dan berjangkit. Demikian sifat dosa dan
penyebarannya, yaitu:
- Dosa
adalah kejahatan khusus. Dosa adalah kejahatan moral.
- Dosa
adalah pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4), yaitu: ketidaktaatan (Roma
5:9), pelanggaran (Keluaran 23:21; Efesus 2:1), kefasikan (1 Petrus 4:18; Amsal
11:31), ketidakpercayaan (Roma 11:20), kejahatan (1 Yohanes 1:9).
- Dosa
dapat berupa prinsip, sifat, atau perbuatan. Perbuatan dosa dimulai dari sifat
dan prinsip yang berdosa. Pohon yang tidak baik pasti menghasilkan buah yang
tidak baik pula (Matius 7:17-18).
- Dosa
adalah pencemaran dan kesalahan. Pencemaran tampak dari pengertian yang gelap
(Roma 1:31; 1 Korintus 2:14; Efesus 4:18), akal dan hati nurani yang najis
(Titus 1:15). Pencemaran dosa menyebarkannya dan mempengaruhi orang lain di
sekitarnya.
- Dosa
pada hakikatnya adalah mementingkan diri sendiri. Semua manusia sesat seperti
domba dan mengambil jalannya sendiri-sendiri (Yesaya 53:6). Mementingkan diri
sendiri merupakan prinsip tempat asalnya hal-hal lain.
V.
DAMPAK DAN AKIBAT DOSA
1. Dampak
langsung dari dosa Adam
1) Hubungan
dan persekutuan dengan Tuhan menjadi terputus. Manusia jauh dari Allah (Yesaya
59:2).
2) Perangai
manusia rusak dan mulai bersalah (Roma 5:19).
3) Tubuh
manusia berdosa pasti mati (Kejadian 2:17; Roma 5:12). Upah dosa adalah maut
(Roma 6:23). Manusia menjadi fana. Secara fisik dan mental menjadi lemah dan
rusak (adanya penyakit, Ayub 1,2; Yohanes 9:3; 2 Korintus 12:7).
4) Lingkungan
ikut menderita akibat dosa Adam (Kejadian 3:14). Hawa mengalami sakit waktu
bersalin (Kejadian 3:16). Tanah pun terkutuk (Kejadian 3:17-19).
5) Mereka
diusir dari taman Eden.
2. Akibat
dosa
1) Kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23).
2) Dosa
melanda semua manusia (Roma 5:12).
3) Kematian
melanda semua manusia (1 Korintus 15:21-23, 45-50), meliputi:
§ Kematian
fisik – perpisahan roh dari tubuh (Pengkhotbah 12:7; Mazmur 90:7-11).
§ Kematian
roh – perpisahan dari Roh Allah (Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1,5; 1
Timotius 5:6; Roma 5:12-21).
§ Kematian
kekal – perpisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan dalam lautan api
(Matius 25:41; 10:28; 2 Tesalonika 1:9; Ibrani 10:31; Wahyu 14:11; 20:11-15).
0 comments:
Post a Comment