F.
Maksud dan Tujuan
Korban Persepuluhan
- Karena
Persembahan Persepuluhan sangat berkenan di hadapan Allah maka tujuan utama
korban itu adalah untuk menyukakan hati
Allah (Mal 3:6-7,12).
- Untuk membuat
nama Tuhan diam di dalam rumah-Nya (Ul 14:23)
- Belajar untuk
selalu takut akan Tuhan, Ul 14:23
- Untuk
membalas pekerjaan yang dilakukan orang Lewi dalam Kemah Pertemuan (Bil
18:21,31), yang menerima jabatan imam (Ibr 7:5).
- Ada persediaan makanan di
rumah Tuhan (Mal 3:10)
G.
Sumber hasil sebagai
korban persepuluhan
Abraham telah
memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik, Ibr 7:4. Orang Israel
diperintahkan untuk melakukan persepuluhan itu dari hasil tanah maupun dari
buah pohon-pohonan, dari lembu sapi atau kambing domba (Imamat 27:30-33), dari
gandum di tempat pengirikan, hasil dari tempat pemerasan anggur (Bil 18:27),
dari hasil benih yang tumbuh di ladang (Ul 14:22), bila tempat untuk membawa
persepuluhan itu terlalu jauh, maka harus diuangkan (Ul 14:24-25). Umat Israel
memberi korban persepuluhan berdasarkan imamat Harun, dimana Imam Besar Harun
harus berulang-ulang setiap tahun harus membawa darah domba jantan karena
dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat umatnya dengan
tidak sadar (Ibr 9:6-7), padahal persembahan korban darah itu tidak dapat
menyempurnakan mereka.
Dalam Kitab
Perjanjian
Baru, persembahan yang
bersifat bendawi sebagian besar diberikan dalam bentuk keuangan (II Kor 8-9),
demikian pula korban persepuluhan diberikan dalam bentuk mata uang untuk lebih
efektif dan efisien. Sumber hasil sebagai korban persepuluhan adalah dari setiap
penghasilan yang diterima dalam jerih lelah atau pekerjaan dan setiap hasil
dari pemberian seseorang. Singkatnya, dari seluruh pemasukan yang diterima.
Mengenai waktu pemberian adalah relatif, kebiasaan pada beberapa kalangan
adalah menyesuaikan gaji atau upah atau keuntungan dalam satu bulan.
Namun, makna
kebenaran korban persepuluhan itu haruslah berdasarkan keimamat Melkisedek di
mana Yesus Kristus adalah Imam Besar yang telah mengorbankan darah-Nya sendiri yang
tidak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia, sekali
untuk semua manusia dan telah masuk ke dalam sorga untuk menghadap hadirat
Allah guna kepentingan kita agar kita dapat beribadah kepada Allah ( Ibr
9:11-12,14,24-26). Makna kebenaran itu harus menyertai sikap hati orang percaya
yang mempersembahkan persepuluhan, sehingga korban itu tidak sia-sia, tetapi
menyenagkan hati Tuhan. Setiap hasil yang didapat adalah berkat dari Tuhan, dan
sudah sepantasnya Allah menerima MILIK-NYA, yaitu persepuluhan orang percaya.
H.
Tempat membawa korban
persepuluhan
Dalam PL, Allah mendirikan
sebuah tempat satu-satunya untuk mempersembahkan korban, termasuk korban
persepuluhan (Ul 12:5,6), yaitu Kemah Pertemuan. PL menyebutkan juga dengan
“rumah perbendaharaan” sebagai rumah Tuhan (Mal 3:10), bilik-bilik
perbendaharaan di rumah Allah (Nehemia 10:39). Bait Suci sebagai tempat ibadah
merupakan ikatan persekutuan. Karena hal terpenting dari suatu tempat ibadah
bagi Allah adalah hal ibadah kepada Allah.
Ketika
Kristus datang, Allah membangun gereja Yesus Kristus (Matius 16:18). Jadi orang
percaya yang beribadah adalah gereja yang dibangun oleh Yesus Kristus. Dalam Yesus
Kristus, kekristenan merupakan “anggur baru” yang dituangkan ke dalam kantong
anggur yang baru pula (Mat 9:17). Artinya, gereja bukanlah kelanjutan Bait
Allah orang Israel yang diatur oleh hukum Taurat, atau yang bekerja dengan sistem/metode
perbuatan baik dan korban darah binatang dan bukan kasih karunia oleh iman
dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja, Dia adalah Dasarnya
(I Kor 3:11). Dia telah menjadi Batu Penjuru melalui kematian dan
kebangkitan-Nya (Kis 4:11; Efs 2:20). Ia menebus gereja dengan Darah-Nya
sendiri (Kisah 20:28). Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga menjadikan Dia
sebagai Kepala dari gereja (Efs 1:20-23), dan dengan kemampuan-Nya, antara
lain, Ia memberikan berbagai karunia kepada anggota-anggota tubuh-Nya. Dan pada
saat Roh Kudus untuk pertama kali dicurahkan, yaitu kepada
murid-murid-Nya yang setia menunggu janji Bapa di kamar loteng di Yerusalem,
adalah saat Ia mengirimkan Roh Kudus yang menghidupkan gereja sehingga
sungguh-sungguh berfungsi (Kisah 2:33). Saat itulah lahirnya Gereja Yesus
Kristus (Kisah 2:1-4). Gereja telah dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, sedangkan dasar dari pengajaran para rasul dan para nabi adalah Yesus
Kristus (Efs 2:20,21; I Kor 3:11). Orang percaya secara pribadi adalah gereja
individu.
Zaman
sekarang ini kita mengenal adanya “Gereja Lokal”. Pada waktu para rasul bergerak
ke daerah-daerah sekitar Yerusalem, mulailah didirikan gereja-gereja lokal, selain
gereja lokal yang sudah berdiri di Yerusalem. Waktu orang-orang bertobat
dan berbalik kepada Tuhan di berbagai daerah, mereka berkumpul dan membentuk
jemaat-jemaat local. PB benar-benar menyatakan cirri-ciri umum dari sebuah
perhimpunan local (Kisah 8:1; 11:22; 20:17; Roma 16:1; I Kor 1:2; II Kor 1:1;
Kol 4:16: I Tes 1:1; II Tes 1:1; Gal 1:2, I Tes 2:14; Wah 1:4.
Semua gereja
lokal ini bersama-sama harus merupakan replica yang tepat dari
gereja secara universal. Gereja Lokal merupakan sebuah perhimpunan dari orang-orang percaya yang mengakui
Kristus, yang telah dibaptiskan dan terorganisasi untuk melaksanakan kehendak
Allah (Kisah 14:23). Orang percaya yang telah mengalami kelahiran baru atau
menjadi “manusia baru” ini dilahirkan ke dalam “Tubuh Kristus”, sehingga dapat
menyatu dengan Kristus sebagai Kepala Tubuh, yaitu jemaat atau gereja. Gereja
individu harus ada dalam sebuah perhimpunan orang percaya lainnya, sehingga
membentuk Gereja Lokal agar dapat menjalani hidup yang teratur, terpimpin,
bertumbuh dan berbuah-buah bagi Allah. Hal ini mencakup beberapa hal di mana
semua anggota jemaat terlibat di dalamnya, yaitu: mentaati peraturan-peraturan
yang ditetapkan berdasarkan Firman Allah, menjalankan sakramen baptisan air dan
Perjamuan Suci, memberitakan Injil, membangun orang-orang percaya, melakukan
ibadah, memberikan persembahan, melakukan pelayanan kepada semua kelompok usia,
dsb (Gal 6:1-10; 1 Tes 5:11-15). Dengan demikian terjalin kesatuan di antara
sesama orang percaya dan kepada Kristus, Kepala Gereja.
Perhimpunan
orang-orang percaya dalam Gereja Lokal tentu harus terdapat kepemimpinan Gereja
yang mengatur dan memimpin jalannya kegiatan ibadah dan pelayanan suatu wadah
yaitu Gereja Local. Mereka ditetapkan oleh rasul-rasul Yesus
Kristus (Kisah 2:41; 4:4; 6:1-7; 4:32-37; 11:30;14:23;15:6;16:4), dengan
demikian korban pesepuluhan pun dibawa dalam suatu wadah Gereja Lokal. Para
Rasul telah diberikan kepercayaan oleh Imam Besar Yesus Kristus untuk mengatur
berdirinya sebuah Gereja Lokal. Karena anggota-anggotanya sudah merupakan
anggota sejati, maka mereka merasa terdorong untuk mengorganisasi jemaat-jemaat
lokal agar perubahan-perubahan dan pembaharuan batin yang terjadi
sebagai akibat iman kepada Kristus dapat diwujudkan untuk kepentingan bersama
dan penyelamatan setiap orang yang belum percaya.
I.
Penerima korban
persepuluhan
Setiap korban
persepuluhan ditujukan untuk Yesus Kristus sebagai Imam Besar untuk
selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Allah mempercayakan anak-anak Lewi
dengan jabatan imam dalam rumah Tuhan untuk menerima atau memungut persepuluhan
dari umat Israel sebagai milik pusakanya sekalipun itu dilakukan menurut hukum Taurat
(Bil 18:21), tetapi oleh Perjanjian Baru hal itu lebih kepada apa yang
telah dilakukan dengan perantaraan
Abraham (Ibr 7:9).
Dalam PB, jabatan keimamam dalam rumah Tuhan tetap
dilanjutkan tetapi Imam Besar yang menjadi kepala Rumah Tuhan bukanlah Imam
besar Harun melainkan Imam Besar Yesus Kristus yang telah menjadi Imam Besar
untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. PB tetap menetapkan hal
persepuluhan sebagai bagian dari orang-orang yang percaya untuk dilakukan
dengan mengambil contoh Abraham, bapa semua orang percaya. Dengan demikian
orang-orang percaya PB sampai akhir zaman tetap melakukan korban persepuluhan
di hadapan Allah kepada Imam Besar Yesus Kristus.
Yesus Kristus
adalah Kepala Gereja dan telah menetapkan sekaligus mempercayakan pengaturan
suatu gereja lokal kepada rasul-rasulNya. Dalam PB kita mengetahui bahwa
rasul-rasul itu telah “menetapkan penatua-penatua” dalam gereja lokal (Titus
1:5; Kisah 14:23). Selanjutnya gereja lokal di Yerusalem menugaskan tujuh orang,
para diaken, pengurus untuk menyediakan kebutuhan anggota-anggota yang miskin
(Kisah 6:1-7). Mereka disebut pejabat-pejabat gereja.
Gembala atau
penatua atau penilik jemaat adalah satu jabatan yang dipercayakan kepada satu
orang dalam suatu gereja lokal dalam PB, Kisah 20:17,28, I Petrus 5:1,2, II Yoh
1:, II Yoh 1, Titus 1:5-9, Ef 4:11, Ibr 13:20, I Petrus 2:25.
Sehubungan
tugas Gembala adalah mengurus, memelihara, dan memimpin Jemaat Allah dalam suatu
gereja lokal ( I Timotius 3:4; 5:17; I Petrus 5:1-4) dan bertanggung jawab
mengatur tugas keimaman dan pelayanan dalam perhimpunan ibadah umat Allah dalam
suatu gereja lokal, maka korban persepuluhan yang memiliki hubungan erat dengan
sakramen Perjamuan Kudus sehubungan dengan keimamatan Melkisedek, di mana Yesus
Kristus sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya bagi orang percaya, berhak
untuk menerima MILIK TUHAN itu. Gembala atau penatua atau penilik jemaat, yang
bertanggung jawab secara langsung mengenai kepemimpinan dalam Jemaat atau
Gereja Lokal kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Gembala Agung segala domba (I
Tim 5:17-18; Ibr 13:20; I Ptr 5:4), maka prioritas menerima dan mengatur setiap
korban persembahan Jemaat Gereja Lokal, khususnya korban persepuluhan, adalah hak
dan kewajiban Gembala Jemaat, I Kor 9:11-13. Karena delegasi dan otoritas
kepemimpinan dan jabatan keimaman dalam Imam Besar Yesus Kristus dalam gereja
local dipercayakan kepada Gembala Jemaat.
Korban
persembahan dan korban persepuluhan umat Tuhan dalam gereja bukanlah bagian dari
pengadaan dana, tetapi bagian MILIK ALLAH yang menjadi hak pemberita firman dan
Gembala sebagai pemelihara kehidupan rohani jemaat dengan doa dan pelayanan
Firman. Sedangkan segi pengadaan keuangan/dana dan materiil dalam pelayanan
meja atau diakonia suatu gereja lokal dipercayakan kepada Diaken untuk
mengadakan, mengelola dan mengaturnya agar anggota jemaat yang miskin, janda,
dan yatim piatu dapat terlayani dan tercukupi kebutuhannya (Kisah 6:1-7).
Persembahan persepuluhan
adalah salah satu dari korban tantangan yang diberikan di
hadapan Tuhan, tetapi memiliki makna kepemimpinan Yesus Kristus sebagai Raja
Kebenaran dan Raja Damai (Yes 9:5-6) bahkan Raja segala raja, serta pengakuan
iman orang percaya terhadap keimamatan Melkisedek dalam Imam Besar Yesus
Kristus.