Powered by Blogger.

Pages

Monday 6 January 2014

Prinsip Korban Persepuluhan yang Alkitabiah (bagian 2)


Oleh : Pdt. Elsye Runkat




sambungan dari seri Pelajaran Alkitab "Prinsip Korban Persepuluhan yang Alkitabiah (bagian 1)"


F.   Maksud dan Tujuan Korban Persepuluhan
  • Karena Persembahan Persepuluhan sangat berkenan di hadapan Allah maka tujuan utama korban itu adalah untuk menyukakan hati Allah (Mal 3:6-7,12).
  •   Untuk membuat nama Tuhan diam di dalam rumah-Nya (Ul 14:23) 
  •   Belajar untuk selalu takut akan Tuhan, Ul 14:23
  •   Untuk membalas pekerjaan yang dilakukan orang Lewi dalam Kemah Pertemuan (Bil 18:21,31), yang menerima jabatan imam (Ibr 7:5).
  •  Ada persediaan makanan di rumah Tuhan (Mal 3:10)



G.   Sumber hasil sebagai korban persepuluhan

Abraham telah memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik, Ibr 7:4. Orang Israel diperintahkan untuk melakukan persepuluhan itu dari hasil tanah maupun dari buah pohon-pohonan, dari lembu sapi atau kambing domba (Imamat 27:30-33), dari gandum di tempat pengirikan, hasil dari tempat pemerasan anggur (Bil 18:27), dari hasil benih yang tumbuh di ladang (Ul 14:22), bila tempat untuk membawa persepuluhan itu terlalu jauh, maka harus diuangkan (Ul 14:24-25). Umat Israel memberi korban persepuluhan berdasarkan imamat Harun, dimana Imam Besar Harun harus berulang-ulang setiap tahun harus membawa darah domba jantan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat umatnya dengan tidak sadar (Ibr 9:6-7), padahal persembahan korban darah itu tidak dapat menyempurnakan mereka.
Dalam Kitab Perjanjian Baru, persembahan yang bersifat bendawi sebagian besar diberikan dalam bentuk keuangan (II Kor 8-9), demikian pula korban persepuluhan diberikan dalam bentuk mata uang untuk lebih efektif dan efisien. Sumber hasil sebagai korban persepuluhan adalah dari setiap penghasilan yang diterima dalam jerih lelah atau pekerjaan dan setiap hasil dari pemberian seseorang. Singkatnya, dari seluruh pemasukan yang diterima. Mengenai waktu pemberian adalah relatif, kebiasaan pada beberapa kalangan adalah menyesuaikan gaji atau upah atau keuntungan dalam satu bulan.
Namun, makna kebenaran korban persepuluhan itu haruslah berdasarkan keimamat Melkisedek di mana Yesus Kristus adalah Imam Besar yang telah mengorbankan darah-Nya sendiri yang tidak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia, sekali untuk semua manusia dan telah masuk ke dalam sorga untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita agar kita dapat beribadah kepada Allah ( Ibr 9:11-12,14,24-26). Makna kebenaran itu harus menyertai sikap hati orang percaya yang mempersembahkan persepuluhan, sehingga korban itu tidak sia-sia, tetapi menyenagkan hati Tuhan. Setiap hasil yang didapat adalah berkat dari Tuhan, dan sudah sepantasnya Allah menerima MILIK-NYA, yaitu persepuluhan orang percaya.

H.   Tempat membawa korban persepuluhan

Dalam PL, Allah mendirikan sebuah tempat satu-satunya untuk mempersembahkan korban, termasuk korban persepuluhan (Ul 12:5,6), yaitu Kemah Pertemuan. PL menyebutkan juga dengan “rumah perbendaharaan” sebagai rumah Tuhan (Mal 3:10), bilik-bilik perbendaharaan di rumah Allah (Nehemia 10:39). Bait Suci sebagai tempat ibadah merupakan ikatan persekutuan. Karena hal terpenting dari suatu tempat ibadah bagi Allah adalah hal ibadah kepada Allah.
Ketika Kristus datang, Allah membangun gereja Yesus Kristus (Matius 16:18). Jadi orang percaya yang beribadah adalah gereja yang dibangun oleh Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus, kekristenan merupakan “anggur baru” yang dituangkan ke dalam kantong anggur yang baru pula (Mat 9:17). Artinya, gereja bukanlah kelanjutan Bait Allah orang Israel yang diatur oleh hukum Taurat, atau yang bekerja dengan sistem/metode perbuatan baik dan korban darah binatang dan bukan kasih karunia oleh iman dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja, Dia adalah Dasarnya (I Kor 3:11). Dia telah menjadi Batu Penjuru melalui kematian dan kebangkitan-Nya (Kis 4:11; Efs 2:20). Ia menebus gereja dengan Darah-Nya sendiri (Kisah 20:28). Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga menjadikan Dia sebagai Kepala dari gereja (Efs 1:20-23), dan dengan kemampuan-Nya, antara lain, Ia memberikan berbagai karunia kepada anggota-anggota tubuh-Nya. Dan pada saat Roh Kudus untuk pertama kali dicurahkan, yaitu kepada murid-murid-Nya yang setia menunggu janji Bapa di kamar loteng di Yerusalem, adalah saat Ia mengirimkan Roh Kudus yang menghidupkan gereja sehingga sungguh-sungguh berfungsi (Kisah 2:33). Saat itulah lahirnya Gereja Yesus Kristus (Kisah 2:1-4). Gereja telah dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, sedangkan dasar dari pengajaran para rasul dan para nabi adalah Yesus Kristus (Efs 2:20,21; I Kor 3:11). Orang percaya secara pribadi adalah gereja individu.
Zaman sekarang ini kita mengenal adanya “Gereja Lokal”. Pada waktu para rasul bergerak ke daerah-daerah sekitar Yerusalem, mulailah didirikan gereja-gereja lokal, selain gereja lokal yang sudah berdiri di Yerusalem. Waktu orang-orang bertobat dan berbalik kepada Tuhan di berbagai daerah, mereka berkumpul dan membentuk jemaat-jemaat local. PB benar-benar menyatakan cirri-ciri umum dari sebuah perhimpunan local (Kisah 8:1; 11:22; 20:17; Roma 16:1; I Kor 1:2; II Kor 1:1; Kol 4:16: I Tes 1:1; II Tes 1:1; Gal 1:2, I Tes 2:14; Wah 1:4.
Semua gereja lokal ini bersama-sama harus merupakan replica yang tepat dari gereja secara universal. Gereja Lokal merupakan sebuah perhimpunan dari orang-orang percaya yang mengakui Kristus, yang telah dibaptiskan dan terorganisasi untuk melaksanakan kehendak Allah (Kisah 14:23). Orang percaya yang telah mengalami kelahiran baru atau menjadi “manusia baru” ini dilahirkan ke dalam “Tubuh Kristus”, sehingga dapat menyatu dengan Kristus sebagai Kepala Tubuh, yaitu jemaat atau gereja. Gereja individu harus ada dalam sebuah perhimpunan orang percaya lainnya, sehingga membentuk Gereja Lokal agar dapat menjalani hidup yang teratur, terpimpin, bertumbuh dan berbuah-buah bagi Allah. Hal ini mencakup beberapa hal di mana semua anggota jemaat terlibat di dalamnya, yaitu: mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan berdasarkan Firman Allah, menjalankan sakramen baptisan air dan Perjamuan Suci, memberitakan Injil, membangun orang-orang percaya, melakukan ibadah, memberikan persembahan, melakukan pelayanan kepada semua kelompok usia, dsb (Gal 6:1-10; 1 Tes 5:11-15). Dengan demikian terjalin kesatuan di antara sesama orang percaya dan kepada Kristus, Kepala Gereja.
Perhimpunan orang-orang percaya dalam Gereja Lokal tentu harus terdapat kepemimpinan Gereja yang mengatur dan memimpin jalannya kegiatan ibadah dan pelayanan suatu wadah yaitu  Gereja Local.  Mereka ditetapkan oleh rasul-rasul Yesus Kristus (Kisah 2:41; 4:4; 6:1-7; 4:32-37; 11:30;14:23;15:6;16:4), dengan demikian korban pesepuluhan pun dibawa dalam suatu wadah Gereja Lokal. Para Rasul telah diberikan kepercayaan oleh Imam Besar Yesus Kristus untuk mengatur berdirinya sebuah Gereja Lokal. Karena anggota-anggotanya sudah merupakan anggota sejati, maka mereka merasa terdorong untuk mengorganisasi jemaat-jemaat lokal agar perubahan-perubahan dan pembaharuan batin yang terjadi sebagai akibat iman kepada Kristus dapat diwujudkan untuk kepentingan bersama dan penyelamatan setiap orang yang belum percaya.

I.   Penerima korban persepuluhan

Setiap korban persepuluhan ditujukan untuk Yesus Kristus sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Allah mempercayakan anak-anak Lewi dengan jabatan imam dalam rumah Tuhan untuk menerima atau memungut persepuluhan dari umat Israel sebagai milik pusakanya sekalipun itu dilakukan menurut hukum Taurat (Bil 18:21), tetapi oleh Perjanjian Baru hal itu lebih kepada apa yang telah  dilakukan dengan perantaraan Abraham (Ibr 7:9).
Dalam  PB, jabatan keimamam dalam rumah Tuhan tetap dilanjutkan tetapi Imam Besar yang menjadi kepala Rumah Tuhan bukanlah Imam besar Harun melainkan Imam Besar Yesus Kristus yang telah menjadi Imam Besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. PB tetap menetapkan hal persepuluhan sebagai bagian dari orang-orang yang percaya untuk dilakukan dengan mengambil contoh Abraham, bapa semua orang percaya. Dengan demikian orang-orang percaya PB sampai akhir zaman tetap melakukan korban persepuluhan di hadapan Allah kepada Imam Besar Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan telah menetapkan sekaligus mempercayakan pengaturan suatu gereja lokal kepada rasul-rasulNya. Dalam PB kita mengetahui bahwa rasul-rasul itu telah “menetapkan penatua-penatua” dalam gereja lokal (Titus 1:5; Kisah 14:23). Selanjutnya gereja lokal di Yerusalem menugaskan tujuh orang, para diaken, pengurus untuk menyediakan kebutuhan anggota-anggota yang miskin (Kisah 6:1-7). Mereka disebut pejabat-pejabat gereja.
Gembala atau penatua atau penilik jemaat adalah satu jabatan yang dipercayakan kepada satu orang dalam suatu gereja lokal dalam PB, Kisah 20:17,28, I Petrus 5:1,2, II Yoh 1:, II Yoh 1, Titus 1:5-9, Ef 4:11, Ibr 13:20, I Petrus 2:25.
Sehubungan tugas Gembala adalah mengurus, memelihara, dan memimpin Jemaat Allah dalam suatu gereja lokal ( I Timotius 3:4; 5:17; I Petrus 5:1-4) dan bertanggung jawab mengatur tugas keimaman dan pelayanan dalam perhimpunan ibadah umat Allah dalam suatu gereja lokal, maka korban persepuluhan yang memiliki hubungan erat dengan sakramen Perjamuan Kudus sehubungan dengan keimamatan Melkisedek, di mana Yesus Kristus sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya bagi orang percaya, berhak untuk menerima MILIK TUHAN itu. Gembala atau penatua atau penilik jemaat, yang bertanggung jawab secara langsung mengenai kepemimpinan dalam Jemaat atau Gereja Lokal kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Gembala Agung segala domba (I Tim 5:17-18; Ibr 13:20; I Ptr 5:4), maka prioritas menerima dan mengatur setiap korban persembahan Jemaat Gereja Lokal, khususnya korban persepuluhan, adalah hak dan kewajiban Gembala Jemaat, I Kor 9:11-13. Karena delegasi dan otoritas kepemimpinan dan jabatan keimaman dalam Imam Besar Yesus Kristus dalam gereja local dipercayakan kepada Gembala Jemaat.
Korban persembahan dan korban persepuluhan umat Tuhan dalam gereja bukanlah bagian dari pengadaan dana, tetapi bagian MILIK ALLAH yang menjadi hak pemberita firman dan Gembala sebagai pemelihara kehidupan rohani jemaat dengan doa dan pelayanan Firman. Sedangkan segi pengadaan keuangan/dana dan materiil dalam pelayanan meja atau diakonia suatu gereja lokal dipercayakan kepada Diaken untuk mengadakan, mengelola dan mengaturnya agar anggota jemaat yang miskin, janda, dan yatim piatu dapat terlayani dan tercukupi kebutuhannya (Kisah 6:1-7).
Persembahan persepuluhan adalah salah satu dari korban tantangan yang diberikan di hadapan Tuhan, tetapi memiliki makna kepemimpinan Yesus Kristus sebagai Raja Kebenaran dan Raja Damai (Yes 9:5-6) bahkan Raja segala raja, serta pengakuan iman orang percaya terhadap keimamatan Melkisedek dalam Imam Besar Yesus Kristus.



1 comment:

  1. thanks a lot. It's wonderful to find this meditation notes. Haripin.

    ReplyDelete