Powered by Blogger.

Pages

Sunday 25 August 2013

Mengatisipasi kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba dengan IMAN KRISTEN (part 1)



Penulis : Ibu Pdt. Elsye Limpele -Runkat

Remaja masa kini sedang menghadapi perjuangan untuk mencapai masa depan. Kebanyakan dari mereka dibekali dengan kondisi ekonomi yang lebih baik dan pengetahuan umum yang lebih terjamin dari generasi sebelumnya, namun kondisi itu tidak menjamin keberhasilan menghadapi setiap tantangan. Sementara terjadinya kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba akan semakin meluas bila remaja tidak dipersiapkan secara mental dan kerohanian. Dikuatirkan mereka akan menjadi generasi tanpa tujuan atau ‘The Lost Generation’, serta mengalami kehancuran fisik menyangkut mental serta moral yang sangat memprihatinkan.
Umat Kristen semakin ditantang untuk lebih bertanggung jawab dalam menyikapi bentuk-bentuk kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba yang kian merajalela di kalangan generasi muda. Berbagai hal kenakalan remaja telah mewabah dewasa ini dan meresahkan masyarakat di kota-kota besar, dan merambah di pedesaan. Remaja tawuran meluas kepada pencurian, perampokkan, dan pembunuhan. Dan kecanduan pada narkoba menjadi dimensi yang lain dari aksi kenakalan remaja, yang diawali dengan coba-coba, disusul pengalaman rasa nikmat dalam mengisap ganja atau melalui suntikan. Lama-kelamaan mereka merasa ketagihan dan sangat membutuhkan. Prilaku seks di luar nikah adalah salah satu akibat dari pemakaian narkoba secara bebas, dimana si pemakai kehilangan kontrol diri. Perbuatan abortus pun tak terhindarkan, baik oleh inisiatif diri maupun dari kemauan orang tua, yang sebenarnya tidak pernah perduli kehidupan remajanya. Penggunaan bebas narkoba hanyalah suatu ‘Defence Mechanism’, artinya tindakan yang berusaha menutupi keadaan buruknya atau yang sebenarnya.

Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

            Ada banyak hal yang memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Beberapa hal dapat kita ketahui, antara lain :
            Pertama, Meluasnya peredaran narkoba secara illegal yang tersedia di mana-mana, antara lain : di pemukiaman, sekolah-sekolah, kampus, bahkan di warung-warung kecil pun ada, asal tahu tempatnya mudah mendapatnya dan harganya relatif terjangkau.
            Kedua, Faktor Individual. Hal ini meliputi :
Gangguan kepribadian, dengan cara berpikir yang salah disertai penalaran semau sendiri. Emosi yang labil, kurang percaya diri, atau terlalu percaya diri, kemalasan, motivasi rendah dan tidak tekun. Aspek psikologis atau factor intern ini mempengaruhi tingkah laku remaja selama masa pertumbuhannya. Kepribadian remaja berkembang sesuai dengan modus atau irama pembawaan dari rahim ibunya, kemudian dimodifikasi oleh masukan-masukan dari lingkungan dan melalui pendidikan formal.
            Emosional remaja dengan segala aktivitas, tingkah laku, perbuatan, dan ekspresinya merupakan pengjawantahan kehidupan pribadi. Emosional ini dapat mengakibatkan konflik-konflik batin diiringi suasana hati yang berubah-ubah. Remaja mengalami kekaburan identitas pada masa transisi, disebablan perbedaan besar dari kedua kutub yang tidak dapat diidentikkan dengan masa anak dan masa dewasa. Celaan dan kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi dengan serius dan ditafsirkan sebagai suatu ejekan untuk meremehkannya.
            Sementara kegiatan intelektual remaja mulai berkembang kemampuannya untuk menangkap arti fundamental sesuatu obyek atau esensinya. Remaja mulai mampu untuk berpikir abstrak. Walaupun demikian belum menunjukkan bahwa dirinya telah menguasai seluruh kemampuan psikisnya.
            Sebagai makhluk social, pada umumnya remaja suka mmebentuk suatu ‘Coounter Culture’ atau komunitas tersendiri, dengan tata hidup dan tata nilai ciptaannya sendiri. Dalam buku “Pengantar Sosiologi Kelompok”, Soerjono Soekanto mengatakan bahwa tidak mustahil apabila kebudayaan khusus kelompok tersebut bertentangan dari kebudayaan masyarakat luas, misalnya, kebudayaan remaja nakal dengan geng anak-anak nakalnya. Hal yang terpenting dari kebudayaan kelompok tersebut merupakan gejala yang mencerminkan persamaan pandangan tentang situasi dan proses kehidupan kelompok bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. Sebab itu persahabatan dengan teman-teman sebaya menjadi bagaian terpenting dari pribadi remaja. Persahabatan itu didasari oleh rasa senang, sehingga kondisi ini dapat berubah begitu cepat renggang secepat mereka meresa senang. Dan ketertarikan terhadap lawan jenis akan menimbulkan perasaan romantis.
            Remaja mulai merambah dunia dan pergaulan dalam kelompok, mulai membeda-bedakan selera atas hal-hal tertentu. Pergaulan ini meniimbulkan suatu kenikmatan tersendiri yang selama ini diidam-idamkan remaja.
            Secara moralitas, perjumpaan secara relasional bersama dengan teman sebaya seringkali amat mempengaruhi hidupnya. Remaja cenderung mengikuti teman-temannya. Mereka sering mengambil jalan menuju moralitas yang individualistis sebelum sampai pada sikap yang menyangkut pada komitmen personal dan perhatian kepada orang lain merupakan factor yang ikut menentukan penalaran moralnya. Jadi moralitas remaja dapat mempengaruhi kehidupan religiusnya. Religiusitas yang rendah akan membawa remaja berbuat sesuka hati, tidak tahu masalah yang baik dan buruk, bahkan tidak takut berbuat dosa, dikarenakan mereka tidak punya patokan untuk kontrol prilakunya.
            Bila remaja tidak menangkap pesan yang mendalam tentang keberadaan Allah, maka ia akan hidup sekehendak dirinya dan tanpa merasa bersalah akan melakukan kejahatan-kejahatan tertentu. Tipu daya pendusta yaitu iblis melalui pengajaran sesat mencondongkan hati mereka kepada ketidakbenaran (I Timotius 4:1-2). Sebab, “sekalipun mereka mengetahui adanya Allah, tetapi mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah. Pikiran mereka yang bodoh menjadi gelap” (Roma 1:21).
            Ketiga, Faktor Lingkungan yaitu orang tua atau keluarga dan pengaruh pergaulan. Orang tua atau keluarga yang tidak membina kedekatan dengan anak remajanya, tanpa disadari telah memposisikan remaja tak ubahnya seperti anak yatim piatu yang kehilangan kasih saying orang tua. Kebersamaan, komunikasi, keluarga bepergian bersama-sama, makan bersama, doa keluarga, kasih sayang, dan pengampunan, hampir tidak terdapat dalam banyak rumah tangga dewasa ini, sehingga anak-anak diasuh tanpa gagasan bahwa sifat-sifat kesalehan itu dapat dimungkinkan, apalagi dirindukan. Keluarga harmonis sekalipun apabila tidak disertai kedisiplinan, dorongan moril, bimbingan, kurang memberikan perhatian dan pengertian tentang berbagai hal menyangkut kehidupan jasmani dan kerohanian remaja, dapat memicu kepada pemberontakkan dan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja kita.
            Sedangkan pengaruh pergaulan yang buruk, misalnya keterlibatan remaja dalam geng remaja nakal, memperkenalkan remaja pada penggunaan bebas narkoba sebagai konsumsi yang menarik dan sangat mengikat remaja.
            Keempat, Pengaruh Negatif Media, yang diperoleh dari sajian media di era telekomunikasi yang telah mengglobal. Sajian media diserap remaja tanpa pertimbangan kandungan negatif di dalamnya, karena remaja lebih memperdulikan rasa senang yang kemungkinan didapatnya. Majalah-majalah porno, video, seks lewat telepon, perangkat multimedia pada komputer, internet, dan lain-lain, yang tertutupi pornografi merupakan sarana untuk melampaui kenyataan, melebihi dunia imajinasi seseorang.
            Kelima, Ketidakpastian tentang masa depan. Para remaja lebih mendalam merasakan penderitaan dan kegembiraan dibanding orang dewasa. Mereka belum memiliki pertahanan yang kuat dalam menghadapi sakit depresi. Depresi yang disertai rasa takut kepada masa depan di mana ia akan dipaksa untuk mengambil keputusan tentang pendidikan, lapangan kerja, moralitas, teman hidup, di mana mereka akan tinggal dan bekerja, semuanya adalah keputusan yang membentuk kehidupan remaja. Selain itu, peristiwa traumatic yang menyakitkan pada masa lalu, sehingga batin terluka, melalui penganiayaan fisik, emosi atau secara seksual, meninggalnya orang yang dikasihi, dan lain-lain.  
            Keenam, Kurangnya perhatian Gereja, dimana Gereja menjadi tidak peka terhadap masalah kriminalitas di kalangan remaja dewasa ini. Gereja yang demikian membiarkan ‘domba-domba’ yang dipercayakan Tuhan kepada Gereja dicuri iblis. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban Gereja tersebut. Gereja yang demikian telah menyimpang dari pesan yang semula, dan mengira bahwa kita harus bersaing dengan dunia dan menyelenggarakan kebaktian-kebaktian yang menghibur dan khotbah-khotbah yang menawan, tanpa memperdulikan penyebab mengapa Gereja-gereja dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang lemah karena tidak pernah mempunyai alasan iman yang kuat bagi Kristus.

bersambung ke sub artikel Penyalahgunaan Narkoba dan akibatnya






0 comments:

Post a Comment