Penulis : Ibu Pdt. Elsye Limpele -Runkat
Remaja masa kini sedang menghadapi
perjuangan untuk mencapai masa depan. Kebanyakan dari mereka dibekali dengan
kondisi ekonomi yang lebih baik dan pengetahuan umum yang lebih terjamin dari
generasi sebelumnya, namun kondisi itu tidak menjamin keberhasilan menghadapi
setiap tantangan. Sementara terjadinya kenakalan remaja dan penyalahgunaan
narkoba akan semakin meluas bila remaja tidak dipersiapkan secara mental dan
kerohanian. Dikuatirkan mereka akan menjadi generasi tanpa tujuan atau ‘The
Lost Generation’, serta mengalami kehancuran fisik menyangkut mental serta
moral yang sangat memprihatinkan.
Umat Kristen semakin ditantang untuk lebih bertanggung
jawab dalam menyikapi bentuk-bentuk kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba
yang kian merajalela di kalangan generasi muda. Berbagai hal kenakalan remaja
telah mewabah dewasa ini dan meresahkan masyarakat di kota-kota besar, dan
merambah di pedesaan. Remaja tawuran meluas kepada pencurian, perampokkan, dan
pembunuhan. Dan kecanduan pada narkoba menjadi dimensi yang lain dari aksi
kenakalan remaja, yang diawali dengan coba-coba, disusul pengalaman rasa nikmat
dalam mengisap ganja atau melalui suntikan. Lama-kelamaan mereka merasa ketagihan
dan sangat membutuhkan. Prilaku seks di luar nikah adalah salah satu akibat
dari pemakaian narkoba secara bebas, dimana si pemakai kehilangan kontrol diri.
Perbuatan abortus pun tak terhindarkan, baik oleh inisiatif diri maupun dari
kemauan orang tua, yang sebenarnya tidak pernah perduli kehidupan remajanya.
Penggunaan bebas narkoba hanyalah suatu ‘Defence Mechanism’, artinya tindakan
yang berusaha menutupi keadaan buruknya atau yang sebenarnya.
Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Ada banyak hal yang
memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Beberapa hal dapat kita ketahui,
antara lain :
Pertama, Meluasnya
peredaran narkoba secara illegal yang tersedia di mana-mana, antara lain : di
pemukiaman, sekolah-sekolah, kampus, bahkan di warung-warung kecil pun ada,
asal tahu tempatnya mudah mendapatnya dan harganya relatif terjangkau.
Kedua, Faktor
Individual. Hal ini meliputi :
Gangguan kepribadian, dengan cara berpikir yang salah
disertai penalaran semau sendiri. Emosi yang labil, kurang percaya diri, atau
terlalu percaya diri, kemalasan, motivasi rendah dan tidak tekun. Aspek
psikologis atau factor intern ini mempengaruhi tingkah laku remaja selama masa
pertumbuhannya. Kepribadian remaja berkembang sesuai dengan modus atau irama
pembawaan dari rahim ibunya, kemudian dimodifikasi oleh masukan-masukan dari
lingkungan dan melalui pendidikan formal.
Emosional remaja
dengan segala aktivitas, tingkah laku, perbuatan, dan ekspresinya merupakan
pengjawantahan kehidupan pribadi. Emosional ini dapat mengakibatkan
konflik-konflik batin diiringi suasana hati yang berubah-ubah. Remaja mengalami
kekaburan identitas pada masa transisi, disebablan perbedaan besar dari kedua
kutub yang tidak dapat diidentikkan dengan masa anak dan masa dewasa. Celaan
dan kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi dengan serius dan
ditafsirkan sebagai suatu ejekan untuk meremehkannya.
Sementara kegiatan
intelektual remaja mulai berkembang kemampuannya untuk menangkap arti
fundamental sesuatu obyek atau esensinya. Remaja mulai mampu untuk berpikir
abstrak. Walaupun demikian belum menunjukkan bahwa dirinya telah menguasai
seluruh kemampuan psikisnya.
Sebagai makhluk
social, pada umumnya remaja suka mmebentuk suatu ‘Coounter Culture’ atau
komunitas tersendiri, dengan tata hidup dan tata nilai ciptaannya sendiri.
Dalam buku “Pengantar Sosiologi Kelompok”, Soerjono Soekanto mengatakan bahwa
tidak mustahil apabila kebudayaan khusus kelompok tersebut bertentangan dari
kebudayaan masyarakat luas, misalnya, kebudayaan remaja nakal dengan geng
anak-anak nakalnya. Hal yang terpenting dari kebudayaan kelompok tersebut
merupakan gejala yang mencerminkan persamaan pandangan tentang situasi dan
proses kehidupan kelompok bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
Sebab itu persahabatan dengan teman-teman sebaya menjadi bagaian terpenting
dari pribadi remaja. Persahabatan itu didasari oleh rasa senang, sehingga
kondisi ini dapat berubah begitu cepat renggang secepat mereka meresa senang.
Dan ketertarikan terhadap lawan jenis akan menimbulkan perasaan romantis.
Remaja mulai
merambah dunia dan pergaulan dalam kelompok, mulai membeda-bedakan selera atas
hal-hal tertentu. Pergaulan ini meniimbulkan suatu kenikmatan tersendiri yang
selama ini diidam-idamkan remaja.
Secara moralitas,
perjumpaan secara relasional bersama dengan teman sebaya seringkali amat
mempengaruhi hidupnya. Remaja cenderung mengikuti teman-temannya. Mereka sering
mengambil jalan menuju moralitas yang individualistis sebelum sampai pada sikap
yang menyangkut pada komitmen personal dan perhatian kepada orang lain
merupakan factor yang ikut menentukan penalaran moralnya. Jadi moralitas remaja
dapat mempengaruhi kehidupan religiusnya. Religiusitas yang rendah akan membawa
remaja berbuat sesuka hati, tidak tahu masalah yang baik dan buruk, bahkan
tidak takut berbuat dosa, dikarenakan mereka tidak punya patokan untuk kontrol
prilakunya.
Bila remaja tidak
menangkap pesan yang mendalam tentang keberadaan Allah, maka ia akan hidup
sekehendak dirinya dan tanpa merasa bersalah akan melakukan kejahatan-kejahatan
tertentu. Tipu daya pendusta yaitu iblis melalui pengajaran sesat mencondongkan
hati mereka kepada ketidakbenaran (I Timotius 4:1-2). Sebab, “sekalipun mereka
mengetahui adanya Allah, tetapi mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah. Pikiran
mereka yang bodoh menjadi gelap” (Roma 1:21).
Ketiga, Faktor
Lingkungan yaitu orang tua atau keluarga dan pengaruh pergaulan. Orang tua atau
keluarga yang tidak membina kedekatan dengan anak remajanya, tanpa disadari
telah memposisikan remaja tak ubahnya seperti anak yatim piatu yang kehilangan
kasih saying orang tua. Kebersamaan, komunikasi, keluarga bepergian
bersama-sama, makan bersama, doa keluarga, kasih sayang, dan pengampunan,
hampir tidak terdapat dalam banyak rumah tangga dewasa ini, sehingga anak-anak
diasuh tanpa gagasan bahwa sifat-sifat kesalehan itu dapat dimungkinkan,
apalagi dirindukan. Keluarga harmonis sekalipun apabila tidak disertai
kedisiplinan, dorongan moril, bimbingan, kurang memberikan perhatian dan
pengertian tentang berbagai hal menyangkut kehidupan jasmani dan kerohanian
remaja, dapat memicu kepada pemberontakkan dan penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja kita.
Sedangkan pengaruh
pergaulan yang buruk, misalnya keterlibatan remaja dalam geng remaja nakal,
memperkenalkan remaja pada penggunaan bebas narkoba sebagai konsumsi yang
menarik dan sangat mengikat remaja.
Keempat, Pengaruh
Negatif Media, yang diperoleh dari sajian media di era telekomunikasi yang
telah mengglobal. Sajian media diserap remaja tanpa pertimbangan kandungan
negatif di dalamnya, karena remaja lebih memperdulikan rasa senang yang
kemungkinan didapatnya. Majalah-majalah porno, video, seks lewat telepon,
perangkat multimedia pada komputer, internet, dan lain-lain, yang tertutupi
pornografi merupakan sarana untuk melampaui kenyataan, melebihi dunia imajinasi
seseorang.
Kelima,
Ketidakpastian tentang masa depan. Para remaja lebih mendalam merasakan
penderitaan dan kegembiraan dibanding orang dewasa. Mereka belum memiliki
pertahanan yang kuat dalam menghadapi sakit depresi. Depresi yang disertai rasa
takut kepada masa depan di mana ia akan dipaksa untuk mengambil keputusan
tentang pendidikan, lapangan kerja, moralitas, teman hidup, di mana mereka akan
tinggal dan bekerja, semuanya adalah keputusan yang membentuk kehidupan remaja.
Selain itu, peristiwa traumatic yang menyakitkan pada masa lalu, sehingga batin
terluka, melalui penganiayaan fisik, emosi atau secara seksual, meninggalnya
orang yang dikasihi, dan lain-lain.
Keenam, Kurangnya
perhatian Gereja, dimana Gereja menjadi tidak peka terhadap masalah
kriminalitas di kalangan remaja dewasa ini. Gereja yang demikian membiarkan
‘domba-domba’ yang dipercayakan Tuhan kepada Gereja dicuri iblis. Tuhan akan
menuntut pertanggungjawaban Gereja tersebut. Gereja yang demikian telah
menyimpang dari pesan yang semula, dan mengira bahwa kita harus bersaing dengan
dunia dan menyelenggarakan kebaktian-kebaktian yang menghibur dan
khotbah-khotbah yang menawan, tanpa memperdulikan penyebab mengapa
Gereja-gereja dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang lemah karena tidak
pernah mempunyai alasan iman yang kuat bagi Kristus.
bersambung ke sub artikel Penyalahgunaan Narkoba dan akibatnya
bersambung ke sub artikel Penyalahgunaan Narkoba dan akibatnya
0 comments:
Post a Comment