Powered by Blogger.

Pages

Tuesday 1 October 2013

Pelajaran Alkitab tentang Dosa (Hamartiologi)



Oleh : Pdt. Elsye Runkat




I.                    DEFINISI ALKITAB TENTANG DOSA
A.   Definisi Dosa dalam Alkitab
1.    Pemikiran Kebodohan
Memikirkan kebodohan mendatangkan dosa (Amsal 24:9). Ketika Hawa terperdaya oleh godaan iblis untuk menjadi “seperti Allah”, itulah pikiran dan tindakan kebodohan. Allah adalah lebih besar dari iblis, seharusnya perkataan Allah yang harus mereka turuti.

2.    Pelanggaran Hukum
Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4). Adam telah melanggar hukum Allah dengan cara makan buah pengetahuan akan yang baik dan jahat, yang Tuhan larang untuk dimakan.

3.    Kejahatan adalah dosa
Semua kejahatan adalah dosa (1 Yohanes 5:17). Kejahatan adalah keadaan yang tidak takut akan Allah dan tidak jujur (bandingkan dengan Amsal 8:13 dan Amsal 16;17).

4.    Tidak melakukan yang baik adalah dosa. Yakobus 4:17, “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa.”

5.    Kesalehan dapat menjadi dosa. Siapapun yang tidak berhubungan secara benar dengan Allah tidak dapat melakukan sesuatu yang baik dan diterima oleh Allah. Seorang berdosa tak dapat melakukan lain dari dosa. Kebenaran diri sendiri merupakan dosa. Sekalipun Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangan mereka, hal itu tetap merupakan dosa, karena perbuatannya tidak memadai dengan apa yang benar bagi Allah. Yesaya 64:6 mengatakan, “...dan segala kesalehan kami seperti kain kotor, dan kami sekalian layu seperti daun.” Rasul Paulus menyebutnya “sampah” dalam Filipi 3:4-9. Inilah kesalehan orang Farisi dan ahli Taurat (Matius 23:13-33).

6.    Ketidakpercayaan adalah dosa. Roma 14:23, “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa.” Adam dan Hawa mengetahui kehendak Allah yang baik dan sempurna, tetapi mereka tidak mempercayai perkataan Allah dengan cara mengikuti godaan iblis dan melanggar apa yang tidak boleh dilakukan.

B.    Arti Dosa dalam istilahnya
-      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dosa berarti “Perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama”, atau “perbuatan salah”.

-      Istilah “dosa” dalam Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani:

§  Ḥāṭā’חָטָא  = to sin, do wrong, miss the way, artinya: berdosa, bersalah, berbuat jahat, tidak mengenai sasaran (Imamat 4:2,3,25-35; Mazmur 1:5; 51:2-5; Yesaya 53:10,12; Hakim-hakim 20:16; Amsal 8:6;19:2).

§  a - רָעַע  = be evil, harm, be wicked (1 Raja 14:9; Amsal 4:16; Yesaya 1:16; 11:9), artinya: jahat, merugikan dan menghancurkan, menjadi jahat. Rā‘a‘  menunjukkan aktivitas apapun yang menolak kehendak Tuhan dan menunjukkan sikap yang menolak otoritas Tuhan. Mereka ditandai dengan kurangnya pemahaman sikap (Yeremia 4:22) dan sengaja merencanakan untuk menyakiti orang lain (Amsal 24:8), bahkan terbiasa dan kompulsif (Yeremia 13:23; Kejadian 19:9; Amsal 4:16; 17:4).

§  Pāša פָּשַׁע         = to rebel, revolt, transgress, artinya: memberontak, melanggar, pemberontakan. Pada dasarnya menunjukkan suatu pelanggaran yang agresif terhadap perjanjian sipil atau keagamaan di antara kedua pihak. Dalam arti agama, hal itu menandakan dosa memberontak seperti Israel yang hidup tidak sesuai komitmen dengan cara melanggar perjanjian Allah (Yesaya 1:28; 48:8; Yehezkiel 2:3; Hosea 8:1).

§  Āwōn -  עָוֹןׂ  dari āwāh - עָוָה   = to do wrong, sin, perverseness; guilt; crime, fault, iniquity; punishment, artinya: untuk berbuat salah, dosa, kebusukan; rasa bersalah; kriminalitas, kejahatan, kesalahan; hukuman. Menunjukkan adanya kelakuan buruk dan konsekuensinya, lebih fokus pada kesalahannya. Hal ini membuktikan banyak jumlah atau seringnya pelanggaran di masa lalu terhadap Allah maupun sesama manusia (Bilangan 14:34; 1 Samuel 25:24; 2 Samuel 22:24; 1 Raja 17:18; Ezra 9:6; Yesaya 1:4; Yeremia 11:10).

§  Šāgag - שָׁגַג = to go astray, wander (Mazmur 119:67); to sin unintentionally (Imamat 5:18; Bilangan 15:28), artinya: tersesat, mengembara, berbuat dosa yang tidak disengaja.

§   Rāša - רָשַׁע         = to be godless, be wicked, be lawless; be guilty (Ayub 9:29; 10:7,15); to convict, declare guilty, condemn (Keluaran 22:9; Ulangan 25:1; Yesaya 50:9), artinya: menjadi kafir (tidak bertuhan), menjadi jahat, menjadi najis, untuk menghukum, menyatakan bersalah, mengutuk.

§  Ᾱšām - אָשָׁם = to be guilty, sin,fault, trespass, offense; trespass or guilt offering (Imamat 6:17; Yehezkiel 40:39), artinya: menjadi bersalah, dosa, kesalahan, pelanggaran, korban penebus salah.

§  āh -תָּאָה  = to wander (Kejadian 21:14), to go astray (mentally, morally, or spiritually, Mazmur 58:3; 95:10), artinya: mengembara hingga tersesat secara mental, moral, spiritual.

-      Istilah “dosa” dalam Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani:
§  Kakos – κακός, artinya: jahat, kejahatan (Matius 21:41; 24:48; Markus 7:21).
§  Poneros  πονηρός, artinya: jahat, tidak baik (Matius 6:23; 7:17,18), jahat (Efesus 5:16; 6:13; Wahyu 16:2), jahat, malas (Matius 25:26; Lukas 19:22).
§  Asebes – άσεβής, artinya: tidak hormat kepada Allah, durhaka, penuh dosa (Roma 4:5; 5:6).
§  Enokhos – ένοχος, artinya: dalam perhambaan (Ibrani 2:15), jijik , harus dihukum (Matius 5:21,22; 26:66; Markus 3:29; 14:64), berdosa terhadap (1 Korintus 11:27; Yakobus 2:10).
§  Hamartia - ὰμαρτία, artinya: kesalahan, dosa (Matius 1:21), hukum atau penyebab dosa (Roma 7:17,20), kesalahan karena dosa diperhitungkan (Yohanes 9:41; Ibrani 9:26), mempersembahkan korban karena dosa, korban penebusan dosa (2 Korintus 5:21).
§  Adikia - ἀδικία, artinya: ketidakadilan, kefasikan, kejahatan, penipuan, keliru (1 Petrus 2:19).
§  Hamartema - ὰμαρτημα, artinya: tidak kena sasaran, berdosa (1 Korintus 15:34; Titus 3:11), berbuat dosa (Yohanes 5:14), bersalah melakuka kesalahan (Matius 18:15), dosa (Markus 3:28; 4:12; Roma 3:25; 1 Korintus 6:18).
§  Parakoe – παρακοή, artinya: salah mendengar, ketidaktaatan, kedurhakaan (2 Korintus 10:6; Ibrani 2:2).
§  Anomia - άνομίᾳ, artinya: prilaku tanpa hukum (1 Yohanes 3:4), kejahatan, dosa (Matius 7:23).
§  Paranomia – παρανομία, artinya: pelanggaran hukum, kejahatan (2 Petrus 2:16).
§  Parabasis - παράβασις, artinya: berlangkah di pinggir, penyimpangan, pelanggaran, dosa (Roma 2:23; 4:15).
§  Paraptoma - παράπτωμα, artinya: tersandung; kesalahan, pelanggaran (Matius 6:14,15; Markus 11:25,26; Roma 4:25), kejatuhan, salah gunakan iman (Roma 11:11,12).
§  Agnoema - γννόημα, artinya: kesalehan, pelanggaran yang diperbuat dengan tidak sadar.
§  Hettema - ttημα, artinya: kekurangan (tidak sesuai pola), kegagalan (Roma 11:12; 1 Korintus 6:7).

II.           ASAL-USUL DOSA
A.   Tuhan Allah bukan sebab adanya dosa
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa tidak mungkin Tuhan Allah menjadi sebab asal dosa. Allah tidak mungkin berbuat kefasikan dan kecurangan (Ayub 34:10 bandingkan dengan Mazmur 92:16; 118:1,29; 136:1). Dia tidak pernah menerima suap (2 Tawarikh 19:7; Keluaran 23:6-8). Sebaliknya, Tuhan sangat murka terhadap dosa (Keluaran 23:22; Yesaya 63:10;Ratapan 2:4-7). Dosa justru memisahkan Tuhan Allah dari manusia (Yesaya 59:2, 3-8,16,19).
Sementara kata “jahat” dalam Yesaya 45:7 dan Amos 3:6 menunjuk kepada tindakan penghakiman Allah yang dikenakan pada orang berdosa yang melanggar hukumNya. Jadi menganggap Allah adalah penyebab dosa adalah menyerang atribut moralNya. Allah tidak dapat melakukan suatu apapun yang tidak konsisten dengan watakNya sendiri yang adalah kudus dan benar.

B.    Masuknya Dosa ke Alam Semesta
Rasul Yakobus menjelaskan tentang lahirnya dosa telah memberi pengertian yang vital akan asal-usul semua kejahatan. Prinsip yang ditunjukkan dapat diterapkan kepada malaekat dan manusia. Yakobus 1:13 menerangkan, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah”. Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”.
Kitab suci menunjukkan dengan jelas makhluk moral yang pertama diciptakan adalah rombongan malaikat dan Lucifer dan malaikat-malaikat yang mengikutinya adalah pendosa pertama dan asli.
Jadi dosa mulai terjadi di sorga di antara orde malaekat. Lucifer dicampakkan ke bumi dan menjadi Setan. Tuhan Yesus memberi kesaksian, “Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Lukas 10:18). Jadi dosa masuk ke dalam dunia karena kejatuhan Lucifer, oleh iblis.

1.    Lucifer, Pendosa yang Asli
Gambaran Alkitab mengenai raja Tirus dan raja Babilon, menjelaskan tentang Lucifer yang menjadi iblis (Yesaya 14:12-14; Yehezkiel 28:11-19). Kutipan-kutipan berikut menjelaskan tentang Lucifer sebelum kejatuhannya:
-      Ia disebut Lucifer, Bintang Pagi, yang bercahaya, pembawa terang.
-      Ia disebut putra pagi karena terangnya.
-      Ia penuh kecantikan dan hikmat. Tidak ada yang tersembunyi darinya.
-      Pelayanannya adalah di bidang musik dan kecakapannya meniup nafiri dan memainkan rebana ada padanya sejak hari ia diciptakan.
-      Ialah kerub yang diurapi dan pengawal takhta Allah.
-      Ia ada di bukit kudus Allah dan diberikan kedudukan tinggi di sorga sebagai makhluk ciptaan.
-      Ia berjalan naik turun di antara batu-batu api, api kekudusan Allah.
-      Ia sempurna di salam semua jalannya sejak hari pertama ia diciptakan.
Lucifer diberikan kepemimpinan di dalam pelayanan penyembahan. Ia diciptakan untuk kemuliaan dan kesenangan Allah.

Kejahatan mulai timbul dari hati Lucifer sendiri, semua dosa muncul di hati Lucifer, ia adalah pendosa pertama dan dosa menjadi permanen dalam dirinya. Iblis berbuat dosa dari mulanya (1 Yohanes 3:8), ia tidak hidup dalam kebenaran dan di dalam dirinya tidak ada kebenaran, perkataannya adalah dusta, ia adalah pendusta (Yohanes 8:44). Keterangan dalam Ibrani 2:16  menunjukkan bahwa tidak ada keselamatan bagi malaikat, Tuhan tidak mengasihani malaikat. Jadi sekali malaikat berdosa ia selamanya dalam dosa dan neraka adalah tempatnya (2 Petrus 2:4). Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat, dengan belenggu abadi, dan tempatnya adalah dunia kekelaman (Yudas 6).
Allah tidak menciptakan makhluk jahat, tetapi Ia menciptakan makhluk yang berkehendak bebas yang mempunyai kuasa untuk memilih mengasihi Allah dengan kerelaan dan kehendaknya, bukan dipaksakan.

2.    Sifat dasar dosa Lucifer
Esensi dari dosa adalah pemusatan pada diri sendiri. Lucifer memiliki sifat dasar dosa, yang membuatnya sangat berpusat pada dirinya sendiri, yaitu:

a.    Kesombongan, adalah penghargaan diri yang di luar batas, peninggian diri. Amsal 16:18, keangkuhan mendahului kejatuhan. Amsal 18:12, tinggi hati mendahului kehancuran. Yesaya 14:12, “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Lucifer (Bintang timur), putera fajar.” 

b.    Ketamakan dan hawa nafsu, adalah keinginan yang melanggar hukum atau berlebih-lebihan. Lucifer hendak menyamai Yang Mahatinggi (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan penyembahan yang ditujukan hanya untuk Allah.

c.    Kehendak diri, kehendak bebas yang Allah berikan agar dengan kebebasan menyembah dan mengasihi Allah, dialihkan untuk menentang kehendak Allah di dalam kehendak diri. Hal ini tindakan yang disengaja. Ada lima kehendak diri oleh Lucifer dalam Yesaya 14:13-14 yaitu:
-      Aku hendak naik ke langit
-      Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah
-      Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara
-      Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan
-      Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.

3.    Malaekat yang jatuh
Kitab suci mengindikasikan bahwa malaikat lain berdosa bersama Lucifer. Mereka melanggar hukum yang diberikan, dan turut menjadi murtad sama sekali. Mereka tidak dapat ditebus. Iblis menarik sepertiga dari pasukan malaikat dengannya waktu ia berdosa dan jatuh (Wahyu 12:3-4).



C.   Masuknya Dosa ke dalam Manusia
1.    Dosa tidak bersumber pada keterbatasan manusia.
Dosa merupakan suatu fakta. Dosa ada pada manusia. Asal usul dosa dalam tindakan pribadi manusia sangatlah tidak mungkin disebabkan oleh Allah. Dosa juga tidak bersumber pada keterbatasan manusia. Keterbatasan jasmani manusia tidak berarti manusia diciptakan dengan kelemahan dan keterbatasan moral. Dalam hal moral manusia dapat mentaati Allah secara sempurna. 

2.    Dosa tidak bersumber pada panca indera.
Demikian pula panca indera manusia tidak merupakan sumber dosa. Dosa tidak terdapat dalam keadaan mula-mula manusia, tetapi dosa timbul karena pilihan yang tegas dan tidak terpaksa yang ditentukan oleh manusia itu sendiri.

3.    Dosa bersumber pada kerelaan kehendak manusia dan ketidak percayaan kepada Firman Tuhan.
Alkitab mengajarkan bahwa karena satu perbuatan dosa dari satu orang, dosa telah memasuki dunia, dan bersamaan dengan itu semua akibat dosa terasa di mana-mana (Roma 5:12-19).
Sekalipun iblis datang dan menggunakan ular untuk menggoda Hawa (Kejadian 3:1-14), namun pelanggaran manusia terhadap larangan Allah adalah berasal dari keinginan atau kehendak manusia itu sendiri. Dalam surat Yakobus 1:14-15, menegaskan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Jadi setiap orang bertanggung jawab secara pribadi atas setiap perbuatannya (Roma 14:12; Matius 12:33-37).
Godaan iblis sangat menawan hati manusia. Apabila godaan itu mendapat tanggapan dalam pikiran dan hati, ia membuat manusia ingin memperoleh sesuatu yang dilarang oleh Allah, mengetahui sesuatu yang tidak dinyatakan oleh Allah, dan menjadi sesuatu yang tidak direncanakan oleh Allah baginya.
Berhubungan dengan iblis adalah “pergaulan yang buruk” (1 Korintus 15:33), yang merusakkan kebiasaan yang baik. Menerima godaan iblis telah dimulai dengan hati yang tidak percaya kepada Firman Tuhan.
Ketidak percayaan kepada Allah telah membuat Israel “dipatahkan” dari pohon zaitun sejati (Roma 11:20). Bangsa Israel tidak dapat memasuki tanah perjanjian dan dimurkai oleh Allah karena telah berbuat dosa, yaitu ketidak percayaan kepada Allah (Ibrani 3:16-19). Ketidakpercayaan kepada Tuhan Yesus menyebabkan hidup manusia berada di bawah hukuman (Yohanes 3:18-20).

III.         HUKUM ALLAH BERHADAPAN DENGAN DOSA
Pemerintahan Allah menetapkan bahwa hukum Allah menuntut kepatuhan secara sukarela dan tanpa syarat. Hal ini berarti bahwa makhluk ciptaan Tuhan menyerahkan kebebasannya dalam bertindak dan merelakan kehendaknya kepada kehendak Allah. Semua kehendak bebas hanya terarah kepada melakukan kehendak Pencipta, sehingga terjadi keserasian di antara makhluk ciptaan, juga di alam semesta. Karena hanya Allah Penciptalah yang dapat mengatur segala sesuatu agar dapat menjadi baik dan berbahagia. Makhluk ciptaan menyerahkan kehendak bebasnya dengan melakukan kehendak Allah berarti menyetujui untuk dibimbing dan diperintah oleh kehendak Allah yang adil, kudus dan mengasihi.
Ketika kehendak bebas ciptaan Allah tidak diserahkan pada kehendak Allah, maka terjadilah pelanggaran terhadap Hukum Allah.

1.    Arti Hukum Allah
Secara khusus, Hukum Allah merupakan perwujudan kehendak Allah yang dilaksanakan oleh kuasaNya. Hukum Allah tidak bersifat sepihak atau sebagian, tapi bagi keseluruhan diri manusia. Hukum Allah bukan seperangkat hukum yang sewenang-wenang, karena bersumber pada kodrat Allah sendiri. Hukum Allah berlaku bagi semua makhluk moral.
Karena bersumber pada kodrat Allah sendiri, maka Hukum Allah adalah abadi (Matius 22:37-40; 1 Yohanes 5:21).

2.    Tujuan Hukum Allah
Hukum Allah memberi pengetahuan kepada manusia tentang adanya dosa (Roma 3:19,20; 7:7). Hukum Allah juga diberikan untuk menyatakan kekudusan Allah (Roma 7:12). Tuhan Yesus Kristus adalah tujuan dari hukum Allah (Galatia 3:24), sehingga hukum Allah menuntun kepada Kristus karena Kristus adalah kegenapan dari hukum Allah (Roma 10:4).
Hukum Allah melakukan tugas untuk mempersiapkan manusia menerima Kristus. Hal itu dilakukan dengan cara menyatakan kekudusan Allah dan keadaan manusia berdosa, serta menunjuk kepada salib Kristus, melalui persembahan korban, keimaman, dan kemah perhimpunan, sebagai satu-satunya jalan masuk ke hadapan Allah.
 
3.    Hubungan orang percaya dengan Hukum Allah
Alkitab mengajarkan bahwa dalam kematian Kristus, yang menanggung hukuman atas orang berdosa, orang percaya tidak hanya dibebaskan dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:3), tetapi orang percaya terbebas juga dari hukum Taurat itu sendiri (Roma 7:4; Efesus 2:14,15; Kolose 2:14). Kebebasan ini bukan berarti kita bebas melakukan tindakan yang tidak bermoral, tetapi hidup dalam kasih (Galatia 5:13; 1 Petrus 2:16). Kita tidak lagi melakukan sepuluh perintah di bawah hukum Taurat yaitu untuk kita menjadi benar, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat” (Roma 3:20), melainkan sepuluh perintah Tuhan itu kita lakukan sebagai wujud iman dan kasih kita kepada Allah dalam Tuhan yesus Kristus. Dengan sepuluh perintah itu pula kita dibina untuk lebih memahami kehendak Allah.

IV.         SIFAT DOSA DAN PENYEBARANNYA
Perjanjian Lama menyamakan dosa dengan kenajisan. Imamat 5:2 menerangkan bahwa setiap orang Israel yang menyentuh bangkai binatang menjadi najis. Bilangan 5:2, kenajisan oleh mayat. Mayat atau bangkai binatang pastilah sangat bau dan menjijikkan. Kata “najis” dalam kamus berarti: 1) sesuatu yang kotor, sebab terhalangnya orang beribadah kepada Allah, 2) kotoran (tinja, air seni). Dosa tidak dapat ditutupi, pasti berbau dan berjangkit. Demikian sifat dosa dan penyebarannya, yaitu:
-      Dosa adalah kejahatan khusus. Dosa adalah kejahatan moral.
-      Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4), yaitu: ketidaktaatan (Roma 5:9), pelanggaran (Keluaran 23:21; Efesus 2:1), kefasikan (1 Petrus 4:18; Amsal 11:31), ketidakpercayaan (Roma 11:20), kejahatan (1 Yohanes 1:9). 
-      Dosa dapat berupa prinsip, sifat, atau perbuatan. Perbuatan dosa dimulai dari sifat dan prinsip yang berdosa. Pohon yang tidak baik pasti menghasilkan buah yang tidak baik pula (Matius 7:17-18).
-      Dosa adalah pencemaran dan kesalahan. Pencemaran tampak dari pengertian yang gelap (Roma 1:31; 1 Korintus 2:14; Efesus 4:18), akal dan hati nurani yang najis (Titus 1:15). Pencemaran dosa menyebarkannya dan mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
-      Dosa pada hakikatnya adalah mementingkan diri sendiri. Semua manusia sesat seperti domba dan mengambil jalannya sendiri-sendiri (Yesaya 53:6). Mementingkan diri sendiri merupakan prinsip tempat asalnya hal-hal lain.

V.           DAMPAK DAN AKIBAT DOSA
1.    Dampak langsung dari dosa Adam
1)   Hubungan dan persekutuan dengan Tuhan menjadi terputus. Manusia jauh dari Allah (Yesaya 59:2).
2)   Perangai manusia rusak dan mulai bersalah (Roma 5:19).
3)   Tubuh manusia berdosa pasti mati (Kejadian 2:17; Roma 5:12). Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Manusia menjadi fana. Secara fisik dan mental menjadi lemah dan rusak (adanya penyakit, Ayub 1,2; Yohanes 9:3; 2 Korintus 12:7).
4)   Lingkungan ikut menderita akibat dosa Adam (Kejadian 3:14). Hawa mengalami sakit waktu bersalin (Kejadian 3:16). Tanah pun terkutuk (Kejadian 3:17-19).
5)   Mereka diusir dari taman Eden.

2.    Akibat dosa
1)   Kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
2)   Dosa melanda semua manusia (Roma 5:12).
3)   Kematian melanda semua manusia (1 Korintus 15:21-23, 45-50), meliputi:
§  Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh (Pengkhotbah 12:7; Mazmur 90:7-11).
§  Kematian roh – perpisahan dari Roh Allah (Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1,5; 1 Timotius 5:6; Roma 5:12-21).
§  Kematian kekal – perpisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan dalam lautan api (Matius 25:41; 10:28; 2 Tesalonika 1:9; Ibrani 10:31; Wahyu 14:11; 20:11-15).

0 comments:

Post a Comment